Minggu, 01 Februari 2015

PENGARUH VARIASI KETEBALAN MEDIA FILTRASI SISTEM UP-FLOW TERHADAP KADAR Fe, Mn DAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 08 RW 02, NGAMPILAN, KOTA YOGYAKARTA



Habibah Nur Rahmatika*, Purwanto**, Narto**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi No. 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: habibahnur.rahmatika@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta



Abstract

Water is the most important substance for life. Clean water should comply health requirements both in terms of the quality and the quantity. Clean water has to fulfill the quality regulated by the Ministry oh Health’s decree No. 416 in 1990 about physical, chemical, microbiological and radio-activity conditions. Some chemical and physical requirements for clean water are: the maximum thresholds for: Fe concentration 1 mg/l, Mn concentration 0,5 mg/ and turbidity 25 NTU. A preli-minary study conducted at RT 08 RW 02, in Ngampilan of Yogyakarta City, found that a dig well water there was containing Fe of 4,8 mg/l, Mn of 0,6 mg/l and turbidity of 2185 NTU, which were exceeding the permitted limits. The study was aimed to know the influence of variations in the thickness of filtration media, i.e. quartz sand, activated charcoal and zeolite with up-flow system for the concentration reduction of Fe, Mn and turbidity in that area. There were three thickness variations used in the study, namely: Filter A (10 cm, 20 cm and 50 cm), Filter B (20 cm, 20 cm and 40 cm) and Filter C (30 cm, 30 cm and 20 cm), and an experiment with pre-test post-test with control group design were conducted with five replications. The study data were analysed by one way anova and LSD tests at 0,05 significance level. The results showed that Filter B which consisted of 20 cm quartz sand, 20 cm activated charcoal, and 40 cm zeolite, was the most effective filter that was able to reduce 82,12 % Fe, 73 % Mn and 63,6 % turbidity.
    
Keywords : dig well water, Fe concentration, Mn concentration, turbidity,
                    up-flow system filtration, quartz sand, activated charcoal, zeolite

Intisari

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Air bersih harus dapat memenuhi sya-rat-syarat kesehatan secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, air bersih harus meme-nuhi persyaratan yang diatur oleh Permenkes RI No. 416 tahun 1990 tentang syarat fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Persyaratan kimia dan fisik untuk air bersih antara lain batas mak-simal kadar Fe 1 mg/l, kadar Mn 0,5 mg/l dan Kekeruhan 25 NTU. Berdasarkan uji pendahuluan terhadap air sumur gali di RT 08 RW 02, Ngampilan, Kota Yogyakarta, terukur kadar Fe sebesar 4,8 mg/l, kadar Mn 0,6 mg/l dan Kekeruhan 2185 NTU, yang berarti melebihi batas yang dipersyaratkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan media fil-trasi pasir kuarsa, arang aktif dan zeolit dengan sistem up-flow terhadap penurunan kadar Fe, Mn dan kekeruhan di lokasi di atas. Ada tiga variasi ketebalan filtrasi yang digunakan, yaitu: Filter A (10 cm, 20 cm dan 50 cm), Filter B (20 cm, 20 cm dan 40 cm) dan Filter C (30 cm, 30 cm dan 20 cm). Metoda penelitian yang dilakukan adalah  eksperimen dengan desain pre-test post-test with control group dengan lima kali ulangan. Data penelitian diuji dengan one way anova dan LSD pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Filter B, yaitu ke-tebalan pasir kuarsa 20 cm, arang aktif 20 cm dan zeolit 40 cm adalah yang paling efektif, de-ngan presentase penurunan kadar Fe sebesar 82,12 %, kadar Mn sebesar 73 % dan kadar ke-keruhan sebesar 63,6 %.
   
Kata Kunci : air sumur gali, kadar besi, kadar mangan, kekeruhan, filtrasi sistem up-flow
                      pasir kuarsa, arang aktif, zeolit



Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.3, Februari 2015, Hal 142 - 150

PENGARUH PENYEMPROTAN PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH JEROAN IKAN DAN LIMBAH KULIT NANAS TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea)



Neo Husein Niddal*, Agus Suwarni**, Rizki Amalia**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: neox_2@ymail.com
**JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta



Abstract

Wastes from food industries, such as fish entrails and pineapple peels can raise problems in the corresponding processing because they have organic substance. As an effort to overcome the impacts associated with this two waste types, this study utilize them as liquid organic fertilizer and see its effect to growth rate of green cabbage (Brassica juncea). Therefore, a quasi experi-ment with pre-test post-test with control group design was conducted. 30 polybag of green cab-bage were used as the treatment group and another 30 polybag was treated as the control one, i.e. by using liquid organic fertilizer brand “X”. The plant’s growth rate measured was the change of weight and the change of leaf number, between the beginning of the study and at 6th week after fertilization. The average weight increase in the treatment group was 211,80 gr, and that in the control group was 210,26 gr. The average leaf addition in the treatment group was 3,46 sheets, meanwhile in the control group it was 3,63 sheets. Towards the weight change, statisti-cal test result by using independent t-test gained a p-value of 0,683; and towards the leaf num-ber change, Mann-Whitney test yielded a p-value of 0,543. So that, it can be concluded that liqu-id organic fertilizer made of fish entrails and pineapple peels as well as branded “X” liquid orga-nic fertilizer had no different effect on the growrth rate of Brassica juncea.

Keywords : fish entrails waste, pineapple peel waste, liquid organic fertilizer, Brassica juncea

Intisari

Limbah industri pangan, seperti limbah jeroan ikan dan limbah kulit nanas dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung bahan-bahan organik. Sebagai upaya un-tuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari kedua jenis limbah tersebut, penelitian ini   memanfaatkannya menjadi pupuk organik cair dan melihat pengaruhnya terhadap laju pertum-buhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea). Untuk itu, dilakukan penelitian quasi experiment dengan rancangan pre-test post-test with control group. 30 polybag berisi sawi hijau digunakan sebagai kelompok perlakuan dan 30 polybag lainnya sebagai kelompok kontrol yaitu meng-gunakan pupuk organik cair merek “X”. Laju pertumbuhan tanaman yang diukur adalah peru-bahan berat tanaman dan jumlah helai daun antara awal penelitian dan 6 minggu setelah dila-kukan pemupukan. Rata-rata peningkatan berat sawi hijau pada kelompok perlakuan adalah se-besar 211,80 gr, sementara di kelompok kontrol adalah 210,26 gr. Rata-rata penambahan jum-lah daun pada kelompok perlakuan adalah 3,46 helai; dan di kelompok kontrol 3,63 helai. Ter-hadap data perubahan berat tanaman, hasil uji statistik dengan t-test memperoleh nilai p sebe-sar 0,683; dan terhadap perubahan jumlah helai daun, hasil uji statistik dengan Mann-Whittney menghasilkan nilai p sebesar 0,543. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk orga-nik cair dari limbah jeroan ikan dan limbah kulit nanas serta pupuk organik cair merk”X” penga-ruhnya terhadap laju pertumbuhan sawi hijau adalah tidak berbeda.

Kata Kunci : limbah jeroan ikan, limbah kulit nanas, pupuk organik cair, sawi hijau



Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.3, Februari 2015, Hal 135 - 141

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria alba) DALAM LOTION SEBAGAI REPELLENT TERHADAP DAYA TOLAK NYAMUK Aedes sp



Niken Kriswandari*, Haryono**, Adib Suyanto**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: niken.kriswandari@yahoo.com
**JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta



Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by virus and transmitted by Aedes sp. mosquitoes. Most areas in Indonesia is endemic where frequency of outbreaks is escalating and the disease is one of major health problems in Indonesia. One way to avoid mosquito bites is by using repellent. However, repellent with active ingredients made from synthetic chemicals have side effects that harmful for human health. Therefore, it is a necessity to seek safer natural ingre-dients, one of which is kamboja flowers (Plumeria alba). The purpose of this study is to deter-mine the effect of extract concentration variation of that flower in the lotion as a repellent and to find the most effective one. The research method used was an experiment with post test only with control group design. Kamboja flower extract concentration added into the lotion were 20 %, 30 %, and 40 %. The results were analyzed by statistical tests using two way anova and LSD at 95 % level of confidence. The results showed that the extract concentration variation significantly gave different repellence power (p=0,039) to Aedes sp. and 40 % was found as the most effect-ive concentration. The repellence power of this concentration at the first and the fifth hour of ob-servation were  83,81 % and 3,52 %, respectively.

Keywords : kamboja flowers (Plumeria alba), lotion, repellent, repellence power, Aedes sp.


Intisari

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan o-leh nyamuk Aedes sp. Sebagian besar wilayah Indonesia adalah daerah endemis DBD dimana KLB DBD terus meningkat dan menjadi masalah kesehatan yang besar di Indonesia. Salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk adalah penggunaan repellent. Namun, repellent yang berbahan aktif bahan kimia sintetis memiliki efek samping yang dapat mengganggu kesehatan. Untuk itu perlu dicari bahan aktif alami yang lebih aman, salah satunya dengan memanfaatkan bunga kamboja (Plumeria alba). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga tersebut di dalam lotion sebagai repellent dan mencari konsentrasi ekstrak yang paling efektif. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan desain post test only with control group. Konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang digunakan adalah 20 %, 30 %, dan 40 %. Hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik two way anova dan LSD dera-jat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang digunakan berbeda secara signifikan (p=0,039) terhadap daya tolak nyamuk Ae-des sp. dimana konsentrasi 40 % adalah yang paling efektif dengan persentase daya tolak pada jam pertama dan ke lima masing-masing sebesar sebesar 83,81 % dan 3,52 %.

Kata Kunci : bunga kamboja (Plumeria alba), lotion, repellent, daya tolak, Aedes sp


Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.3, Februari 2015, Hal 127 - 134