Jumat, 01 Mei 2015

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DI DALAM RUMAH DAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SEMARANG, KECAMATAN BANJARNEGARA, KABUPATEN BANJARNEGARA



Farah Debby Pangestika*, Sigid Sudrayanto**, Yamtana**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: pfarahdebby@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta



Abstract

The incidence of ARI among under five children in Indonesia is still high. It is presumed that one of the causes is indoor pollution due to smoking and mosquito coils using. The purpose of this research was to prove the relationship between both behaviors and ARI incidence among under five children in Kelurahan Semarang Kecamatan Banjarnegara by conducting a case control stu-dy. There were 30 children for each groups and the data were collected by using questionnaire and were analysed by using Odds Ratio calculations at 95% confidence level to identify the magnitude of the risks. The results show that OR for indoor smoking is as much as 3,05 (95% CI: 1,05-8,84) with p-value less than 0,001; and OR for mosquito coils using is 3,14 (95% CI: 1,07-9,27) with p-value less than 0,001, as well. It can be concluded that those two variables un-der study are risk factors for ARI incidence among under five children in the study site.
    
Keywords : indoor smoking, mosquito coils, acute respiratory infection, under five children

Intisari

Angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia masih tinggi Diduga salah satu penyebabnya adalah polusi dalam ruangan akibat kegiatan merokok dan penggunaan obat nyamuk bakar. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara perilaku merokok di dalam rumah dan penggunaan obat nyamuk bakar tersebut dengan kejadian ISPA pada balita di Kelu-rahan Semarang Kecamatan Banjarnegara dengan melakukan studi kasus kontrol, dengan ma-sing-masing 30 balita di dalam setiap kelompok. Data dikumpulkan dengan menggunakan kue-sioner dan dianalisis menggunakan perhitungan Odds Ratio untuk mengetahui besarnya risiko pada derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OR untuk perilaku me-rokok adalah sebesar 3,05 (95% CI: 1,05-8,84) dengan p<0 1="" 3="" adalah="" bagi="" bahwa="" bakar="" balita="" ci:="" dan="" dapat="" dari="" dengan="" di="" disimpulkan="" diteliti="" faktor="" hasil="" ispa="" kedua="" lokasi="" menggunakan="" merupakan="" nyamuk="" obat="" or="" p="" pada="" penelitian.="" ri-siko="" sebesar="" span="" ter-sebut="" terjadinya="" tersebut="" untuk="" variabel="" yang="">
   
Kata Kunci : merokok dalam rumah, obat nyamuk bakar, ISPA, balita 

Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.4, Mei 2015, Hal 188 - 192

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN PENATAAN KAMAR DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA



Febi Hidayani*, Tuntas Bagyono**, F. X. Amanto Rahardjo**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: velodixis@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

Boarding houses rent rooms for temporary stays. For students who living far from parents these places are their second home because almost of their activities are carried out in the room, in-cluded studying which needs high concentration. Based on the preliminary survey held in the fe-male boarding houses located behind the Polytechnic of Health of Yogyakarta, it was found that the average measurement of light intesity was 24,81 lux and most rooms had unsuited room ar-rangement. The purpose of this study was to determine the relationship between light intensity and room arrangement and the level of studying concentration among the Female Boarding Hou-se of Kajor, by conducting a cross sectional approached survey. There were 60 boarding rooms under the study with 60 students occupant who were selected purposively as the respondents. The light intensity was measured by lux meter, the room arrangement was assessed by a check list and the studying concentration was identified by using a questionnaire. The results show that only 46,7% rooms had adequate light intensity, only 48,3% rooms had suited room arrange-ment, and respondents who had bad concentration outnumbered those who had the good ones. Data analysis with using Spearman rank correlation test at 5% significance level, concludes that both light intensity and room arrangement are significantly have high and positive correlations with studying concentration, i.e. the corresponding ρ coefficients were 0,991 and 0,951, respecti-vely, and the all p-values were below 0,001.
    
Keywords : light intensity, room arrangement, studying concentration, boarding house

Intisari

Rumah kos menyewakan kamar yang digunakan untuk tinggal sementara, di mana bagi maha-siswa perantau, tempat itu merupakan rumah ke dua karena hampir segala jenis kegiatan di-lakukan di dalamnya termasuk aktifitas belajar yang membutuhkan konsentrasi. Berdasarkan survei pendahuluan di rumah kos putri yang berada di belakang kampus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, diperoleh rerata hasil pengukuran pencahayaan sebesar 24,81 lux dan sebagian besar penataan barang di kamar-kamar kos tersebut kurang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas pencahayaan dan penataan kamar dengan ting-kat konsentrasi belajar di Rumah Kos Putri Kajor dengan melakukan penelitian survei dengan pendekatan cross sectional. Ada 60 kamar kos yang diteliti dengan 60 orang penghuni sebagai responden yang diambil secara purposive. Intensitas cahaya diukur dengan lux meter, penataan ruang dinilai dengan check list, dan konsentrasi belajar diketahui melalui kuesioner. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa kamar kos yang pencahayaannya memenuhi syarat hanya 46,7% dan yang penataannnya baik hanya 48,3 %, diketahui pula bahwa responden yang konsentrasi belajarnya buruk lebih banyak dibandingkan dengan yang baik. Analisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman pada taraf signifikansi 5 % menyimpulkan bahwa intensitas pencaha-yaan dan penataan kamar, secara bermakna berhubungan erat dan positif dengan konsentrasi belajar, yaitu masing-masing dengan koefisien ρ sebesar 0,991 dan 0,951, dengan semua nilai p < 0,001.
   
Kata Kunci : intensitas pencahayaan, penataan kamar, konsentrasi belajar, rumah kos

 Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.4, Mei 2015, Hal 181 - 187

PENGARUH VARIASI BERAT Saccharomyces cereviceae DAN WAKTU FERMENTASI KULIT NANGKA TERHADAP KADAR BIOETANOL YANG DIHASILKAN



Rizqi Karina Utami*, Sri Puji Ganefati**, Sarjito Eko Windarso**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: rizqikarinautami@gmail.com
**JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

To suffice the demand of energy consumption, alternative fuels is needed to be developed, such as bioethanol. Bioethanol is chemical solution which is produced from various plants, fruits, or any part of plant which contain starch, glucose and cellulose. Jackfruit rind has 14,752 % glu-cose, where from the preliminary test, with Saccharomyces cereviceae addition, the fruit waste could be fermented for producing bioethanol. The purpose of this study was to know the effect of various weights of Saccharomyces cereviceae (i.e. 0%, 25%, 50% dan 75%) and variation fer-mentation durations (i.e. 4,5 days, 7,5 days, and 10,5 days) of jackfruit rind toward the concen-tration of the yielded bioethanol by conducting a post test with control group designed experi-ment. The maximum concentration of bioethanol obtained was 5,63731 % which was produced by using 50% of Saccharomyces cereviceae and from 7,5 days fermentation. The statistical ana-lysis test using one way anova test at 95% level of confidence, concludes that the differences among the ethanol concentrations produced by those various Saccharomyces cereviceae weight and fermentation time are significant.

Keywords : bioethanol, Saccharomicyes cereviceae, jackfruit rind fermentation

Intisari

Untuk mencukupi kebutuhan akan energi, diperlukan bahan bakar alternatif untuk dikembang-kan, salah satunya adalah bioetanol. Bioetanol adalah cairan kimia yang diperoleh dari bahan tanaman, buah atau bagian tanaman yang bergula, berpati dan berselulosa. Kulit nangka me-miliki kadar gula 14,752 %, di mana dari hasil uji pendahuluan, dengan penambahan Saccha-romyces cereviceae limbah tersebut dapat difermentasi dan menghasilkan bioetanol. Tujuan pe-nelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variasi berat Saccharomyces cereviceae (yaitu 0%, 25%, 50% dan 75%) dan waktu fermentasi (yaitu 4,5 hari, 7,5 hari dan 10,5 hari) dari kulit nangka terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan, dengan melakukan eksperimen dengan desain post test with control group. Kadar bioetanol tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 5,63731 %, yaitu dari variasi berat Saccharomyces cereviceae 50% dan pada variasi waktu 7,5 hari. Hasil uji statistik dengan one way anova pada derajat kepercayaan 95%, menyimpulkan bahwa perbedaan kadar bioetanol yang dihasilkan dari berbagai variasi berat Saccharomyces cereviceae dan waktu fermentasi yang diamati, adalah signifikan (p<0 span="">

Kata Kunci : bioetanol, Saccharomyces cereviceae, fermentasi kulit nangka

 Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.4, Mei 2015, Hal 176 - 180