Minggu, 07 Desember 2014

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN KOAGULAN DAN MEDIA FILTRASI DALAM MENURUNKAN KADAR TSS, AMONIA DAN FOSFAT LIMBAH CAIR RSPAU Dr. SUHARDI HARDJOLUKITO YOGYAKARTA




Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.3, Februari 2014, Hal 132 - 139 


EFEKTIVITAS PENAMBAHAN KOAGULAN DAN MEDIA FILTRASI
DALAM MENURUNKAN KADAR TSS, AMONIA DAN FOSFAT
LIMBAH CAIR RSPAU Dr. SUHARDI HARDJOLUKITO YOGYAKARTA

Donni Septiandi*, Bambang Suwerda**, Adib Suyanto**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: donniseptiandi21@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

Activities in hospitals not only bring positive impact to general community, but also potential of reduce the quality of environment and public health, e.g. negative effect from the yielded waste.  Based on the preliminary study on the liquid waste produced by Air Force Hospital Dr. Suhardi Hardjolukito in Yogyakarta, it was found that the concentration of TSS, ammonia and phosphate were exceeding the quality standard regulated by Yogyakarta Governor’s Decree No 07 in 2010. The aim of the study was to understand the effectiveness of the addition of coagulant consisted of lime and alum, with filtration media of 40 cm-thick quartz sand and 40 cm-thick zeolite in reducing the concentration of the three parameters by conducting a true experiment with pre-test post-test with control group design. The object of this research was the processed liquid waste from the hospital and the subsequent waste water sample were obtained by using composite sampling me-thod. The study was carried out in five replications and taken place at Yogyakarta Polytechnic of Health. Meanwhile, the examination of the parameters were conducted in Health Laboratory Office of Yogyakarta. The data were statistically tested by using one way anova, and the results showed that the coagulants and quartz sand could decrease the concentration of TSS, ammonia and phos-phate as much as 30,91 %, 39,32 % and 36,44%, respectively; while the coagulants and zeolite could lower the concentration of TSS by 46,89 %, ammonia by 68,37 %, and phosphate by 68,38 %). Because the following p-values gained from the statistic test were 0,003; 0,007; and <0 able="" ammonia="" and="" as="" be="" can="" coagulant="" concentration="" concluded="" de-termined="" effective="" filter.="" filtration="" for="" in="" it="" liquid="" media="" most="" phosphate="" reducing="" respectively="" significantly="" span="" that="" the="" tss="" was="" waste="" were="" zeolite="">
    
Keywords : hospital liquid waste, coagulant, lime, alum, filtration media, quartz sand, zeolite,
                    total suspended solid, ammonia, phospate

Intisari

Kegiatan rumah sakit tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi mempunyai potensi besar untuk menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, di antaranya karena limbah yang dihasilkan. Berdasarkan uji pendahuluan terhadap limbah cair yang ada di RSPAU Dr. Hardjolukito Yogyakarta, diperoleh hasil bahwa kadar TSS, NH3 bebas dan fosfat  ma-sih melebihi baku mutu yang diatur oleh SK Gubernur DIY No 07 Tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penambahan koagulan berupa kapur dan tawas, dengan me-dia filtrasi pasir kuarsa berketebalan 40 cm serta media filtrasi zeolit berketebalan 40 cm dalam menurunkan kadar ke tiga parameter limbah tersebut, dengan melakukan penelitian true experi-ment dengan rancangan pre-test post-test with control group. Obyek penelitian adalah limbah cair terolah RSPAU Dr. Hardjolukito dan cara pengambilan sampel menggunakan metoda composite sampling. Penelitian dilakukan dalam lima kali ulangan di Politeknik Kesehatan Yogyakarta, se-mentara pemeriksaan parameter yang diteliti dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogya-karta. Data hasil pemeriksaan diuji dengan one way anova, dan hasilnya menunjukkan bahwa penambahan koagulan dan media filtrasi pasir kuarsa dapat menurunkan kadar TSS sebanyak 30,91 %, amonia sebanyak 39,32 %, dan fosfat sebanyak 36,44 %. Sementara itu, penambahan koagulan dan media filtrasi zeolit dapat menurunkan kadar TSS sebanyak 46,89 %, amonia se-banyak 68,37 %, dan fosfat sebanyak 68,38 %. Nilai p yang diperoleh dari uji anova untuk kadar TSS, amonia dan fosfat, secara berturut-turut adalah sebesar 0,003; 0,007; dan < 0,001; sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan koagulan dan media filtrasi yang digunakan dalam pe-nelitian ini mampu menurunkan kadar TSS, amonia dan fosfat di dalam limbah cair secara ber-makna; dan media filtrasi yang lebih efektif adalah zeolit.
   
Kata Kunci : limbah cair rumah sakit, koagulan, kapur, tawas, media filtrasi, pasir kuarsa,  zeolit,
                      padatan terlarut total, amonia, fosfat.

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN FAKTOR INDIVIDU TERHADAP KEJADIAN STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI COR ALUMINIUM “WL” DI YOGYAKARTA




Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.3, Februari 2014, Hal 123-131 


ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN FAKTOR INDIVIDU
TERHADAP KEJADIAN STRES KERJA
PADA PEKERJA INDUSTRI COR ALUMINIUM “WL” DI YOGYAKARTA

Carissa Riskiananda*, M. Mirza Fauzie**, Narto**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: carissa.riskiananda@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

Job stress is an early stage of the occurrence of a disease in individuals whose susceptible and may lead to psychosomatical, neurotical and psychosical disturbance that can be indicated by the increa-sing number of absentiisme, late for work, employement changing, work accident and the magnitude of company loss due to the absence of workers. A preliminary survey conducted in aluminium indus-try “WL’” in Yogyakarta City, revealed that most workers were experiencing job stress in moderate level and showed some complaints. The aim of this study is to understand the relationship between physical factors in work environment, which consisted of temperature, humidity, illumination, and noise; and age and working time of workers, with job stress incidence among that factory’s workers. The study was an observational analytical type with crosssectional survey design approached. The study population was all workers in the production section of the industry, and the subsequent 30 sample workers were obtained by using simple random sampling technique. The job stress were measured twice by HARS questionnaire, i.e. 15 minutes before and after working hour, meanwhile the measurement of physical condition was conducted during the working hours. The discrepancy between pre-test and post-test stress score mesurement were analysed to find out it’s relationship with all the independet variables by using correlation test at 95 % level of confidence. The results showed that the all six factors under study were significantly related with job stress, as follows: tem-perature (r=0,655; p<0 age="" and="" humidity="" illumination="" noise="" p="0,038).<span" r="0,329;" style="mso-spacerun: yes;" time="" working=""> 
    
Keywords : job stress, aluminium cast worker, physical environmental factors, individual factors

Intisari

Stres kerja merupakan tahap awal terjadinya penyakit pada pekerja rentan yang dapat menimbulkan gangguan psikosomatik, neurotik dan psikosis yang dapat dilihat dengan meningkatnya angka ab-sentisme, angka terlambat kerja, pergantian karyawan, kecelakaan kerja dan besarnya angka ke-rugian perusahaan akibat ketidak-hadiran pekerja. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di in-dustri aluminium “WL” di Yogyakarta, menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja mengalami stress kerja pada tingkat sedang, dengan menunjukkan berbagai keluhan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik lingkungan kerja yang meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, dan kebisingan, serta faktor umur dan masa kerja pekerja, dengan kejadian stres pa-da pekerja industri di atas. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan desain cros-sectional survey. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja di bagian pro-duksi, dengan sampel sebanyak 30 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sam-pling. Stres kerja diukur dengan kuesioner HARS sebanyak dua kali, yaitu masing-masing 15 menit sebelum dan setelah bekerja; dan faktor lingkungan fisik diukur dengan instrumen yang sesuai, se-lama jam kerja berlangsung. Selisih skor stres kerja antara sebelum dan sesudah kerja dianalisis hubungannya dengan berbagai faktor lingkungan fisik dan individu di atas, dengan menggunakan uji korelasi pada derajat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke enam faktor yang diteliti, semuanya signifikan berhubungan dengan terjadinya stres kerja, yaitu masing-masing: suhu (r=0,655; p<0 dan="" kebisingan="" kelembaban="" kerja="" masa="" p="0,038).</span" pencahayaan="" r="0,329;" serta="" umur="">
   
Kata Kunci : stres kerja, pekerja cor aluminium, faktor lingkungan fisik, faktor individu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENGUNJUNG KOLAM RENANG TENTANG KONDISI LINGKUNGAN DAN FASILITAS SANITASI DENGAN MINAT UNTUK KEMBALI MENGGUNAKAN



Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.3, Februari 2014, Hal 116 - 122


HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENGUNJUNG KOLAM RENANG
TENTANG KONDISI LINGKUNGAN DAN FASILITAS SANITASI
DENGAN MINAT UNTUK KEMBALI MENGGUNAKAN

Anindita Riski Iswari*, F. X. Amanto Rahardjo **, Haryono **

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

One type of public places which has to be supervised in terms of its sanitation is swimming pool because it is related with water usage that may has important role as disease transmission medi-um among the visitors. Good swimming pools must have good environmental conditions and provide appropriate sanitation facilities. The study was aimed to know the relationship between the perception of visitors about those requirements and their interest for coming back. The study locations were three swimmning pools in Sleman Regency as representation of urban, semi ur-ban and rural areas. The study was a survey with cross sectional approach, where by using quo-ta sampling method, a total of 144 visitors were selected as respondents, and were distributed proportionally in each pool. Data about visitors’ perception and interest were obtained by using questionnaire. The results showed that 79,86 % of the respondents have good perception on the environmental conditions of the swimming pools they used; and 81,94 % of the respodents were willing to coming back to the pools some times. A significant but not too strong relationship was found between those perception and interest (p value < 0,001, coeffcient of contingency 0,436); and among the three swimming pools, those perception and interest was found significantly diffe-rent (each p values < 0,001).    

Keywords : swimming pool sanitation, visitors’ pereption, visitors’ interest
                    environmental condition, sanitation facility

Intisari

Salah satu jenis tempat umum yang harus mendapatkan pengawasan sanitasi adalah kolam re-nang karena berkaitan dengan penggunaan air yang dapat menjadi sarana penularan penyakit bagi penggunjung yang menggunakan. Kolam renang yang baik harus memiliki kondisi lingkung-an yang baik dan menyediakan fasilitas sanitasi yang memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi pengunjung tentang ke dua hal tersebut dan minat mereka untuk kembali datang menggunakan kolam renang tersebut. Lokasi penelitian adalah tiga kolam renang di wilayah Kabupaten Sleman yang mewakili daerah tengah kota, pinggir kota dan pedesaan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey dengan pendekatan cross section-al, di mana dengan cara quota sampling, sebanyak 144 orang sampel pengunjung dipilih seba-gai responden dan jumlahnya untuk tiap kolam renang adalah proporsional. Data mengenai per-sepsi dan minat responden diperoleh dengan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 79,86 % responden mempunyai persepsi baik terhadap kondisi lingkungan dan fasilitas sanitasi yang digunakan, dan 81,94 % responden berminat untuk kembali menggunakan kolam renang di lain waktu; ada hubungan yang bermakna namun kurang kuat antara persepsi dan mi-nat di atas (p < 0,001, koefisien kontingensi 0,436); dan persepsi dan minat responden di antara ke tiga kolam renang berbeda secara signifkan (masing-masing p lebih kecil dari 0,001).  

Kata Kunci : sanitasi kolam renang, persepsi pengunjung, minat pengunjung,     
                      kondisi lingkungan, fasilitas sanitasi